Siapa Bilang Demokrasi di Indonesia Tidak Sportif???

Tulisan ini dilatar belakangi oleh beberapa tulisan dan opini yang merespon kekalahan Andi mallarangeng oleh Anas Urbaningrum dalam kongres Partai Demokrat beberapa waktu silam. Dalam kongres tersebut, ada tiga orang kandidat kuat yang berlomba-lomba menduduki posisi tertinggi dan paling strategis dalam struktur kepartaian ini, yaitu Andi Mallarangeng (AM), Anas Urbaningrum (AU) dan Marsuki Ali (MA).

Beberapa opini berpendapat bahwa AM kalah telak disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya banyaknya iklan-iklan bombastis yang diekspose oleh tim pemenangan AM yang menghiasi frame televisi kita sehari-hari ditambah sepanjang jalan dari Jakarta ke Bandung dipenuhi oleh baliho dan spanduk yang memajang wajah AM lengkap dengan kumis dan senyuman khasnya yang menggoda hati para ibu-ibu pada khususnya. Menurut Prof. Ahmad Mubarok yang juga sebagai tim pemenangan AU justru mengatakan bahwa iklan-iklan tersebut salah alamat dan tidak menyentuh sampai ke grass root DPC demokrat yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Iklan ini justru malah ditujukan kepada public luas padahal sejatinya mereka tidak melakukan voting dalam kongres tersebut. Di sisi lain, AM dianggap terlalu buru-buru mengklaim dirinya mendapat dukungan oleh keluarga Cikeas, setelah Ibas, Putra bungsu SBY mendeklarasikan dirinya untuk mendukung AM, hal tersebut justru malah menjadi bumerang bagi AM sendiri.

Tibalah saatnya ketika voting sedang berlangsung, sontak banyak kejutan yang terjadi di luar prediksi, tadinya AM telah diprediksi menjadi juara dalam kompetisi ini, tetapi yang terjadi malah sebaliknya, AM hanya menempati posisi paling bontot dengan hanya memperoleh 82 suara, jauh dibawah Anas Urbaningrum dan Marsuki Ali.

Tampaklah raut kecewa dari wajah seorang AM, tetapi bukan AM namanya kalau tidak pernah melontarkan senyum khasnya. Penulis juga dari awal telah memprediksikan bahwa AM pasti kalah mengingat kultur sopan santun dalam beretorika dan bertutur telah ter-embedded dalam Partai Demokrat mengingat SBY yang merupakan founding father nya yang selalu menunjukkan karakter tersebut dalam setiap kesempatan ketika memberikan speech atau pidato sehingga secara tidak langsung ini terformat dalam alam bawah sadar para konstituen di tiap-tiap DPC yang cenderung mencari copy-paste dari SBY. Berbeda dengan tutur kata seorang AM yang cenderung ceplas-ceplos, khas orang Sulawesi Selatan pada umumnya.

Tapi paling tidak ada satu hal yang patut kita pelajari dari AM yang merupakan salah satu asset bangsa jebolan Northern Illinois University, USA, yaitu jiwa sportifitas (sportmanship) yang ditunjukkan ketika kongres yang dengan akrab duduk bersampingan dan bercengkrama bersama  para kandidat-kandidat lainnya. Selain itu, jiwa sportifitas yang ditunjukkan oleh beliau ketika menyatakan kekalahannnya dan mengakui kemenangan AU di hadapan para konstituennya.

Inilah yang hilang dalam wajah perpolitikan kita, yang selalu tidak sportif mengakui kekalahan sehingga melukai wajah demokrasi kita yang sedang dalam proses recovery. Banyak contoh yang sangat common dalam hal ini, seperti pemilukada yang terjadi kemarin di Maluku Utara yang menyebabkan tensi politik yang sangat tinggi yang saling menghujat satu sama lain sehingga menimbulkan ketidakpastian politik (political uncertainty), begitupun yang telah terjadi di Sulawesi Selatan beberapa waktu silam dalam pemilihan gubenur dimana kandidat yang kalah mengklaim yang menang melakukan money politik, begitupun dengan banyaknya kandidat yang tidak lolos verifikasi KPUD setempat yang pada akhirnya menggerakkan massa mereka untuk merusak fasilitas umum yang justru merusak wajah perpolitikan kita dan membuat kita menjadi muak. Hal Ini tentunya dilatarbelakangi karena tidak adanya jiwa sportifitas kita dalam berkompetisi, seakan-akan sportifitas hanya dipakai di lapangan hijau, tetapi tidak di lapangan politik.

Kalau pemain-pemain politik kita tidak mengindahkan sportifitas di lapangan politik, saya malah pesimis dengan masa depan bangsa dan negara ini dan entahlah apa nanti kata dunia???

Leave a comment